dear commuter line jakarta,
perkenalkan nama saya Ratna Indahswari, pengguna commuter line Tebet-Juanda pp. Hanya ingin mengutarakan pendapat kecil, terkait priority seat. Sesuai dengan stiker yang tertempel di sisi priority seat tiap gerbong, yang berhak untuk mendapatkan kursi prioritas adalah ibu hamil, manula, orang cacat, dan ibu yang membawa balita. Tetapi pada kenyataannya masih banyak beberapa dari ke-4 klasifikasi orang tersebut yang masih belum bisa mendapatkan hak-nya, apalagi dalam keadaan gerbong yang penuh, yang masing-masing orang merasa berhak atas kursi di sudut manapun dengan alasan “saya capek berdiri”.
Seorang Manula, pria terutama, yang sudah beruban akan dianggap oleh salah seorang perempuan usia produktif (seringnya)/laki-laki usia produktif (kadang-kadang) yang menduduki kursi prioritas seperti ini “ah, bapak ini masih kuat lah berdiri. Ntar aja dikasih duduknya pas gue mau turun”. Begitupun anggapan sebagian besar perempuan usia produktif (seringnya)/laki-laki usia produktif (kadang-kadang) terhadap ibu hamil (muda terutama), mereka terkadang beranggapan dalam hati “ah perutnya masih kecil ini, ntar aja lah gue jg baru duduk.”
Ironis.
Beberapa waktu lalu, publik sempat digemparkan dengan pernyataan atas kebencian seorang perempuan usia produktif terhadap seorang ibu hamil di commuter line. Mungkin seharusnya hal tersebut diulik kembali oleh pihak pengurus commuter line yang terhormat agar stiker priority seat di dinding/kaca gerbong tidak hanya menjadi stiker bisu, tetapi jg dia dapat berteriak memperingatkan orang-orang yang memang sudah seharusnya memberikan kursi prioritas itu kepada yang berhak.
Hasil keisengan saya pagi ini adalah mengkhayal beberapa alternatif untuk dijadikan “usaha” untuk menggalakkan priority seat tersebut.
1. (mungkin) Ditambahkan sebuah kalimat himbauan kepada para penumpang untuk memberikan priority seat kepada yang berhak di tiap informasi stasiun dan di dalam kereta. Jadi tidak hanya himbauan untuk tidak membuang sampah/merokok sembarangan saja atau pengumuman alasan keterlambatan kereta saja.
2. (mungkin) Dapat dibuatkan sistem “Priority Card” seperti pengguna beberapa commuter di negara lain. Jadi tidak ada lagi ibu-ibu hamil pengguna rutin commuter line yang harus meminta-minta dengan lirih haknya sendiri di dalam kereta.
Semoga saja saran saya ini disambut baik.
Karena saya berharap sekali Warga Negara ini PEDULI akan kemanusiaan.
Terima kasih banyak :))
Maju terus Kereta Indonesia !!!
(merupakan draft email yang dikirim ke commuter@krl.co.id hari Selasa tgl 3 Juni 2014)